Kisah riwayat Nabi Sulaiman a.s. merupakan satu contoh yang sangat berkesan
bagi orang beriman karena ia mengungkapkan kemampuan artistik dan estetika umat
Islam. Dalam kurun waktu akhir-akhir ini, kita juga bisa menyaksikan peninggalan
dari pemahaman makna seni yang amat brilian, terutama yang dipelihara oleh
kekhalifahan Utsmani. Faktor paling penting dibalik tingginya nilai seni
kekhalifahan Utsmani adalah ilham yang diperoleh dari Al-Qur`an dan penerapan
tanda-tanda tersurat tentang seni yang tertuang di dalam Kitab Suci ini.
Al-Qur`an menyediakan banyak rincian dan contoh mengenai dekorasi dan
memberikan banyak petunjuk tentang tata rias. Semuanya tersedia, sampai
bagaimana memilih tempat di mana seharusnya sebuah dekorasi interior harus
diletakkan.
Ayat-ayat yang menjelaskan wujud surga merujuk pada tanda-tanda semacam itu
dan, sebagai tambahan juga memaparkan perhitungan rinci berkenaan dengan
lingkungan, untuk membimbing manusia agar mereka mendapatkan tempat-tempat
bermukim paling menyenangkan di hamparan dunia ini.
Beberapa unsur dekorasi yang tertera di dalam Al-Qur`an berbunyi seperti
berikut.
1. Lambungkan Langit-Langit
"Dan demi Baitul Makmur, dan atap yang ditinggikan (langit)." (ath-Thuur [52]:
4-5)
Dalam keadaan lapang dan luas, tempat-tempat dengan langit-langit melambung
memberikan rasa nyaman kepada kalbu manusia. Plafon dengan tatanan demikian juga
indah dipandangan mata. Langit-langit rendah, sebaliknya, menimbulkan
ketidaknyamanan. Bahwa inilah salah satu bentuk siksaan neraka yang dapat
membuat kita bisa lebih mengerti tentang kesengsaraan yang harus dirasakan
penghuni Nar (neraka) kelak. Penggambaran Allah ini, bahwa neraka beratap
rendah, penuh sesak, dan terkurung, hendaknya dapat meyakinkan kita agar tidak
memilih tempat seperti itu di alam dunia ini untuk permukiman kita.
2. Loteng dan Tangga-Tangga Perak
".Tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak)
yang mereka menaikinya." (az-Zukhruf [43]: 33)
Elemen-elemen dekoratif lainnya yang disebut di dalam Al-Qur`an adalah
loteng-loteng perak dan tangga-tangga tinggi dari perak. Allah menganugerahkan
semua keindahan ini kepada manusia. Akan tetapi, Dia juga mengingatkan kita
bahwa kemegahan-kemegahan ini sesungguhnya perangkap kehidupan di dunia ini dan
bahwa rumah kita yang abadi ada di hari kemudian.
3. Pintu-Pintu
"Dan Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan
(begitu pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya, Dan (Kami buatkan
pula) perhiasan-perhiasan (dari emas).." (az-Zukhruf [43]: 34-35)
Ayat ini menarik perhatian kita pada nilai estetika dan seni dari pintu-pintu
dan unsur-unsur perhiasan: "pintu-pintu rumah-rumah mereka". Di luar penggunaan
fungsional mereka, pintu-pintu, yang mungkin dari emas, perak, atau kayu
berukir, ataupun dipercantik dengan kaca, mungkin dapat dijadikan sebagai
benda-benda hiasan di pintu gerbang rumah ataupun pada bagian-bagian dalam
rumah. Sesungguhnya, seni arsitektur dan dekorasi Utsmani banyak mengembangkan
pola ini, di samping juga menambah-nambahkan pada pintu-pintu bermacam ukuran
serta desian pada istana-istana, rumah peristirahatan, dan rumah-rumah lainnya.
4. Tiang-Tiang Tinggi
"Yaitu penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang belum
pernah dibangun (sesuatu kota) seperti itu di negeri-nergeri lain." (al-Fajr
[89]: 7-8)
Sebagaimana kita tahu dari Al-Qur`an, Iram, ibu kota kaum Aad, sangatlah elok
bangunannya berkat kemegahan arsitekturnya, terutama tatanan tiang-tiang besar
tinggi menjulang. Penyebutan Iram dalam Al-Qur`an adalah untuk menunjukkan
adanya perhatian pada nilai tinggi dari keindahan dan sekaligus tampilan
bangunan-bangunan tinggi.
5. Dipan-Dipan Berbordir Permata
Al-Qur`an acap menyebut dipan-dipan, menguraikannya sebagai karunia Allah yang
dianugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia senangi,
".Di dalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak
(di dekatnya) dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani
yang terhampar." (al-Ghaasyiyah [88]: 13-16)
Dipan-dipan yang menyenangkan dan indah buatannya adalah tempat duduk ideal
untuk manusia. Lebih dari itu, perabot rumah ini bisa dipercantik dan dibuat
lebih cemerlang. Kita dapat membaca,
"Mereka berada di atas dipan yang bertatahkan emas dan permata, seraya
bertelekan di atasnya berhadap-hadapan." (al-Waaqi'ah [56]: 15-16)
Rasa terhibur yang didapatkan dari dipan-dipan secara khusus direntangkan
dalam ayat-ayat berikut,
"Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di
dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang sangat." (al-Insaan
[76]: 13)
"Sesungguhnya, penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan
(mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh,
bertelekan di atas dipan-dipan." (Yaasiin [36]: 55-56)
"(yaitu) surga Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka
bertelekan.." (Shaad [38]: 50-51)
"Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan.." (ath-Thuur [52]: 20)
6. Dipan-Dipan Tinggi dan Ranjang-Ranjang Berhias Sutra
"Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk." (al-Waaqi'ah [56]: 34)
Dipan-dipan dan ranjang-ranjang yang ditinggikan, elemen-elemen dekoratif di
dalam surga memberikan pemandangan lebih luas dibandingkan dengan yang
rendah-rendah. Dan pada akhirnya memberikan kelegaan,
"Mereka bertelekan di atas permadani yang di sebelah dalamnya dari sutra. Dan
buah-buahan surga dapat dipetik dari dekat. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?" (ar-Rahmaan [55]: 54-55)
Ayat-ayat ini menarik perhatian kita pada kecantikan penggunaan kain sutra
tebal kaya ornamen untuk jok dipan dan seprei ranjang. Sutra nan teramat estetis
indahnya, ditambah keelokan desain serta benang pilihan, tentu akan membuat
penampilan dipan tambah mengesankan.
7. Bantal-Bantal Hijau
"Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang
indah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (ar-Rahmaan
[55]: 76-77)
Bantal-bantal adalah keindahan lain yang disebutkan di dalam Al-Qur`an. Di
samping bantal, ayat ini juga menunjuk pada pentingnya makna hijau, warna
lambang perdamaian yang sudah mendapat pengakuan ilmu modern.
8. Piring-Piring Emas dan Piala-Piala
"Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam
surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan (dipandang) mata dan
kamu kekal di dalamnya. Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan
amal-amal yang dahulu kamu kerjakan." (az-Zukhruf [43]: 71-72)
Allah memberitahukan pada kita bahwa barang pecah-belah di surga juga punya
nilai artistik dan estetika tinggi. Sebagaimana ayat itu mengatakan lebih
lanjut, barang-barang ini merupakan karunia "yang hati-hati mereka
menginginkannya serta menyenangkan pandangan mata mereka".
9. Bejana-Bejana Perak dan Piala Kristal
Di samping piring emas, kita juga diberi tahu bahwa piala-piala dari perak dan
kristal juga disediakan di surga. Ayat-ayat tentang ini berbunyi,
"Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang
bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah
diukir mereka dengan sebaik-baiknya." (al-Insaan [76]: 15-16)
Mereka yang hidup mengikuti prinsip-prinsip Islam akan diberikan ganjaran
pahala berupa hidup kekal di dalam surga dan dengan bermacam-macam karunia yang
bakal menyenangkan jiwa mereka. Sesungguhnya, orang-orang beriman akan menempati
rumah-rumah peristirahatan dengan kebun-kebun dan dekorasi hiasan yang belum
pernah ada di dunia, dan akan disuguhi minuman-minuman yang lezat cita rasanya
dalam cangkir-cangkir emas; minuman-minuman itu diambil dari sungai yang
mengalir di bawah istana-istana mereka di dalam surga, sebagaimana kita baca,
"Di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas
yang berisi khamar dari sungai yang mengalir." (ash-Shaaffat [37]: 44-45)
Suguhan-suguhan di dalam Surga tidak bisa dibandingkan dengan apa yang kini
tersedia di dunia ini. Namun, Allah menyediakan untuk hamba-hamba-Nya
bermacam-macam kesukaan mereka di dunia ini yang mungkin serupa dengan yang ada
di surga. Sebagai imbalan untuk karunia-karunia ini, orang-orang beriman
hendaklah bersyukur dan menikmati semua itu, dan berterima kasih pada Allah.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Klik